RUSIA – Penalti. Peluang mencetak gol dari titik putih sejatinya jauh lebih besar karena tinggal beradapan dengan kiper.

Tapi percayalah, itu tak mudah. Gareth Southgate, pelatih timnas Inggris amat paham arti kata gagal akibat etidakberhasilan mencetak gol penalti.

Ia adalah bagian dari catatan buruk Inggris dalam adu penalti. Ia gagal mencetak gol ke gawang Jerman dalam Euro 1996. Sejak itu, The Sun menyebut, ia belajar kusus untuk tendangan penalti.

Sejarah menyebutkan ada enam kesempatan terbuang setelah Inggris gagal dalam tos-tosan. Tiga diantaranya dalam Piala Dunia.

Pada Piala Dunia 1990, Jerman menahan imbang dengan skor 1-1 di babak semifinal. Tim ini akhirnya gagal ke final usai kalah adu penalti yang berakhir dengan 4-3.

Hal sama terulang di Piala Dunia 1998. Saat itu, Argentina menjadi lawan di babak 16 besar. Permainan seri 2-2 membuat kedua tim harus tos-tosan. Inggris kalah 3-4.

Lalu pada Piala Dunia 2006, Inggris bermain imbang dengan Portugal di babak 16 besar. Lagi, Inggris kalah usai adu penalti.

Sejarah buruk itu tak bisa lepas begitu saja. Southgate yan kini menadi manajer skuat Three Lions sadar benar akan hal itu. Dan karenanya ingin menyingkirkan ‘kutukan’ gagal penalti.

Maka, sejak jauh-jauh hari ia menyiapkan pasukannya berlatih tos-tosan. Bukan hanya latihan fisik tapi juga soal persiapan mental saat menghadapi tekanan yang ditimbulkannya.

Ia ingin, bila adu penalti itu datang lagi, maka rasa sakit akibat kegagalan mencetak gol dari titik putih tak ada lagi. Ia menolak marasakan apa yang pernah dirasanya saat menjadi pemain.

“Penalti bukan soal keberutungan,” ujarnya dilaporkan The Sun. “Penalti adalah cara tampil di bawah tenanan.”

Lima nama pun disiapkan untuk mengemban tuga stak ringan itu. Ada Harry Kane, Jamie Vardy, Jesse Lingard, Kieran Tripper dan Jordan Henderson. Begitu pula kiper Jordan Picket.

Maka, menghadapi Kolombia nanti, Southgate amat yakin tak akan tersandung batu yang sama!. (yp)