Tangisan di Trafalgar dan Hyde Park Setelah Inggris Ditekuk Kroasia

INGGRIS- Semula larut dalam kegembiraan, namun kemudian berubah menjadi kepedihan. Itulah yang dirasakan sebagian besar fans Inggris setelah Harry Keane dkk ditaklukkan Kroasia di semi final Piala Dunia 2018.

Usai wasit meniup peluit tanda laga berakhir, seorang penggemar tim Inggris tak kuasa menahan tangis. Laura Russon, 31 tahun, seperti tak percaya laga itu berakhir menyedihkan bagi dirinya.

Laura adalah salah-seorang dari sekitar 30,000 orang warga London yang memadati taman luas di tengah kota London, Hyde Park, untuk menyaksikan pertandingan semi final melalui layar lebar.

“Hati saya hancur, saya benar-benar sedih,” kata Laura dengan berlinang air mata. Tangannya masih memegang botol kosong berisi sari buah apel, seperti dilaporkan kantor berita AFP.

“Tapi… “suaranya masih terdengar pelan,” saya masih bangga 100% terhadap mereka.”

Semula, teriakan kemenangan dan kegembiraan terdengar dari kerumunan saat Harry Keane dkk unggul lebih dulu setelah laga berjalan sekitar lima menit.

Tendangan bebas pemain belakang Kieran Trippier di pojok kiri atas gawang tak mampu dijangkau kiper Kroasia. Optimisme bahwa Inggris bakal ke final pun perlahan tumbuh.

“Ini sepertinya bakal menjadi peristiwa bersejarah,” kata pria 23 tahun, Murad Huseynov, yang mengenakan kostum timnas Inggris.

Semula, teriakan kemenangan dan kegembiraan terdengar dari kerumunan saat Harry Keane dkk unggul lebih dulu setelah laga berjalan sekitar lima menit.

Tendangan bebas pemain belakang Kieran Trippier di pojok kiri atas gawang tak mampu dijangkau kiper Kroasia. Optimisme bahwa Inggris bakal ke final pun perlahan tumbuh.

“Ini sepertinya bakal menjadi peristiwa bersejarah,” kata pria 23 tahun, Murad Huseynov, yang mengenakan kostum timnas Inggris.

Seorang warga London lainnya kemudian membangkitkan timnas Inggris di Piala Dunia 1990 yang juga berhasil melaju ke semi final – sebelum akhirnya dikalahkan Inggris.

Shaun Bailey, 48 tahun, pekerja IT, mengakui timnas mereka kali ini tidak secanggih Paul ‘Gazza” Gascoigne kala itu. Namun demikian, menurutnya, tim asuhan Gareth Southgate jauh lebih kompak.

“Mereka adalah satu tim yang kompak,” kata Bailey berbinar.

Di bawah langit biru kota London, atmofsir kegembiraan itu lantas menyebar. Sebagian dari 3,000 orang yang memadati Hyde Park kemudian merayakan gol itu dengan menenggak bir.

Optimisme ini sudah terlihat sebelum laga dimulai. Acara yang disponsori antara lain oleh Wali kota London, Sadiq Khan, ini pun diwarnai semangat bahwa ‘sepak bola akan kembali ke rumahnya’ akan segera terealisasi.

Slogan itu mulai ditiupkan saat Inggris menjadi tuan rumah Piala Eropa 1996 dengan harapan mereka bisa mengulangi kejayaan mereka saat merebut Piala Dunia 1966 di kandang sendiri.

Dan kemenangan timnas Inggris atas Swedia di perempat final, membuat warga Inggris mulai menaruh harapan – termasuk harapan mengalahkan Kroasia di semi final.

“Atmosfirnya sangat luar biasa,” kata Michael Grant, 36 tahun, seorang agen perumahan. “Saya sudah lama tidak melihat situasi seperti sekarang.”

Namun atmosfir kegembiraan itu tak terlanjut setelah Kroasia menyamakan kedudukan melalui tendangan Ivan Perisic di menit ke-68.

Dan puncaknya, yang ditandai suasana senyap dan linangan air mata, ketika ujung tombak Kroasia Mario Mandzukic menyudahi impian Inggris tampil di final, lewat golnya di menit 109.

“Kesempatan yang sudah di depan mata, gagal kami raih,” kata Josh Ogunde, 17 tahun, yang berada di lokasi nonton bareng di dekat Trafalgar, di pusat kota London.

Dengan langkah gontai, dia dan ribuan orang lainnya berangsur-angsur meninggalkan Trafalgar. Situasi murung juga terlihat di Hyde Park.

Sebagian warga London masih memilih bertahan di lokasi nonton bareng, dan mereka masih menyuarakan sikap optimis walaupun impian menjuarai dunia sudah terkubur.

“Saya percaya kita bisa berjaya lagi di lain waktu, dan sebelum saya mati, saya ingin melihat Inggris memenangkan Piala Dunia,” kata Ogunde, 17 tahun.

Matt Reece, yang berusia 25 tahun, yang bekerja di bagian pemasaran sebuah perusahaan swasta, mengatakan timnas Inggris kali ini sudah jauh melampaui harapannya, walaupun dia tetap kecewa melihat penampilan tim kesayangannya di laga semi final.

“Ada kesempatan di depan mata, tapi mereka tidak merengkuhnya,” ujarnya dengan nada masygul.

Di Moskow, sejumlah suporter Inggris yang meninggalkan stasion Luzhniki terlihat menangis di antara ratusan pendukung Kroasia yang justru merayakan kemenangan timnya.

“Kroasia layak menang,” kata seorang suporter Inggris, Mark Burcher, 50 tahun, seperti dilaporkan kantor berita Reuter.

Meski demikian, Burcher menaruh harapan besar kepada tim asuhan Southgate ini bakal tampil lebih baik di piala dunia berikutnya.

“Mereka masih belia.” (BBC)

Comments